Apa itu Fetish? Inilah Macam-macam, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Apa Itu Fetish? Inilah Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya - Indozone Health

Fetish adalah perilaku seksual tidak wajar yang ditandai dengan fantasi yang terus menerus. Seseorang dengan gejala fetish biasanya melibatkan aktivitas, situasi, dan objek yang mereka anggap bisa merangsang gairah seksualnya.

Fetish berasal dari Bahasa Portugis yaitu feitico yang berarti daya tarik yang sangat kuat. Namun sebenarnya apa itu fetish? apa macam-macam fetish, dan bagaimana cara untuk mengatasinya? Simak ulasannya berikut ini.

  • Apa itu Fetish

Mengutip dari WebMD, Fetish merupakan gairah seksual yang merespons objek atau bagian tubuh yang biasanya tidak bersifat seksual.

Sebagian orang yang menderita fetish memiliki objek ketertarikan atau fantasinya terhadap suatu objek non-seksual untuk rangsangan seksual, ereksi, dan orgasme. Sehingga membuat orang tersebut melakukan masturbasi sambil mencium, memgang, bahkan membayangkan objek yang orang tersebut sukai.

Selain itu, seseorang yang fetish juga biasanya meminta pasangannya untuk menggunakan objek yang disukai saat sedang berhubungan seks. Peneliti juga mengungkapkan bahwa fetish yang paling umum merupakan fetish yang berhubungan dengan bagian tubuh non-seksual seperti kaki, obesitas tindikan, dan tato.

 

  • Macam-macam Fetish
  1. Voyeuristic Disorder

Voyeuristic Disorder adalah gejala seksual bagi seseorang yang terangsang disaat mengintip seseorang yang telanjang, melakukan aktivitas seksual, atau berganti pakaian.

  1. Masokis

Sexual masochism disorder atau masokis adalah gejala seksual bagi seseorang yang merangsang ketika dipukul, diikat, dihina, atau disakiti. Penderita fatish ini biasanya gemar berhubungan seksual dengan cara yang sadis.

  1. Frotteuristic Disorder

Gejala seksual yang satu ini terjadi pada seseorang yang memiliki fantasi seksual yang sangat tinggi untuk menyentuh kaki, pantat, payudara, atau alat kelamin orang lain tanpa adanya persetujuan.

Biasanya, orang penderita seksual ini gemar dilakukan di ruang publik seperti, kereta api, bus, lift, bahkan jalanan. Gejalan fetish ini termasuk kedalam golongan kekerasan seksual.

  1. Sadisme

Sexual sadism disorder atau orang dengan sadism merupakan gejala seksual yang memiliki rangsangan ketika melakukan kekerasan psikologis dan fisik pada pasangannya.

  1. Pedofilia

Seseorang dengan gejala seksual pedofilia memiliki keinginan atau fantasi yang intens dengan melibatkan anak-anak di bawah umur baik itu perempuan atau laki-laki.

 

  • Gejala-gejala Fetish

Bagaimana kita mengenai seseorang yang mengidap fetish? Berikut ini beberapa gejala-gelaja fetih yang harus diketahui.

  1. Meningkatnya gairah seksual yang intens terhadap benda mati pada bagian tubuh dalam jangka waktu kurang lebih 6 bulan.
  2. Seseorang yang memiliki fantasia tau dorongan seksual yang mengakibatkan tekanan yang signifikan terhadap kehidupan seseorang.
  3. Selain pada benda mati, hal yang dapat memicu munculnya gairah seksual dapat berupa objek benda mati atau penggunaan alat disaat sedang berhubungan seksual.

Secara garis besar, gejala utama munculnya fetish ini ketika kalian mulai memiliki gairah seksual yang tidak normal dan bisa membuat hal tersebut ketagihan.

 

  • Cara Mengatasi Fetish

Seseorang dengan gangguan seksual fetish bisa dipengaruhi dari frekuensi dorongan atau dari perilaku seseorang di dalam kehidupannya. Tentunya hal ini membuat pengobatan fetish bisa menjadi sulit dilakukan dan efeknya dapat berjalan untuk jangka yang panjang.

Fetish itu sendiri pada umumnya akan disarankan untuk terlebih dahulu berkonsultasi secara pribadi bersama para ahli prikologi dibandingkan dengan penanganan medis. Dengan konsultasi dengan ahli psikologi, para penderita fetish akan menjadi lebih terpengaruhi dari sisi psikologi untuk mengurangi obsesi terhadap objek seksualnya.

Selain itu, ada juga beberapa obat yang akan diresepkan bagi para penderita fetish untuk mengurangi pemikiran kompulsif. Hal yang harus diingat adalah obat-obat tersebut tidak boleh di konsumsi sembarangan dan memang harus berdasarkan hasil dari konsultasi bersama psikolog atau dokter.